Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Hastha Brata, Pedoman Kepemimpinan yang Harus DiPelajari Bangsa Indonesia


Hastha Brata, Pedoman Kepemimpinan yang Harus DiPelajari Bangsa Indonesia


                Pada tahun 2014 indonesia menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden. Banyak orang berspekulasi siapa yang akan menduduki kursi jabatan presiden dan wakil presiden RI ke 7. Masing-masing partai besar di indonesia sudah mulai mempersiapkan calon-calonnya untuk mendapatkan dukungan dari rakyat indonesia. Dalam konteks mempersiapkan calon-calon pemimpin, bangsa indonesia sejatinya telah memiliki pedoman yang berasal dari pewayangan yaitu hastha brata. Sayang bahwa pedoman tersebut sudah sering di lupakan. Padahal jika di terapkan secara sungguh-sungguh dalam kepemimpinan, hasta bratha dapat menuntun bangsa ini menuju bangsa yang besar dan di segani.

                Hasta bratha adalah pedoman bagi seorang pemimpin dalam memimpin sebuah negara. Dengan kata lain hasta bratha merupakan tuntunan laku yang dimiliki seorang ksatria yang terpilih untuk menjadi seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya. Contohnya Presiden Soekarno Dan Presiden Soeharto menggunakan pedoman hasta bratha dalam menjalankan pemerintahan di Republik Indonesia. Kedua pemimpin ini cukup lama dalam memerintah dan dicintai rakyat indonesia,sehingga soekarno dapat memimpin bangsa indonesia selama 20 tahun sedangkan soeharto memerintah selama 32 tahun.

                Hasta bratha merupakan wejangan dari Prabu Rama titisan Bathara Wisnu ketika di lantik menjadi Raja Alengka. Kepala Gunawan Wibisana adik Rahwana dan Kumbakarna. Hasta berarti delapan sedangkan bratha berarti laku. Watak atau sifat utama yang di ambil dari sifat alam. Lebih lanjut hasta bratha dapt di artikan sebagai delapan laku, watak atau sifat utama yang harus di pegang teguh dan di laksanakan oleh seorang pemimpin atau siapa saja yang terpilih sebagai pemimpin. Delapan watak utama tersebut di ambil dari watak para dewa yang merupakan manifestasi dari Gusti Kang Murbeng Dumadi, dan masing-masing mewakili sifat dari alam raya, yaitu bumi, angin, air, bulan, matahari, angkasa, api, dan bintang. Berikut adalah penjelasan dari kedelapan watak tersebut.

1.  Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti bumi. Bumi adalah tempat kehidupan dari segala umat allah baik manusia maupun hewan dan tumbuhan. Dalam pewayangan, Bathara Wisnu merupakan simbol bumi yang selalu memberikan kesejahteraan. Dengan demikian seorang pemimpin seharusnya bersifat sentosa, suci hati, pemurah, serta selalu berusaha memperjuangkan kehidupan rakyat yang tergambar dalam tutur kata, tindakan serta tingkah laku sehari-hari.

2.  Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti angin yang di simbolkan dengan Bathara Bayu yang berarti kekuatan. Ia bisa masuk dari mana saja keseluruh penjuru dunia tanpa kesulitan. Sifat angin meskipun tidak tampak tetapi dapat di rasakan berhembus tanpa henti, merata ke seluruh penjuru dan tempat. Sebagaimana angin, seorang pemimpin seharusnya bersifat teguh dan bersahaja, selalu dapat mencermati setiap permasalahan dari bangsa yang terjadi., menyuarakan dengan lantang kepentingan rakyat sebagai bagian dari kekuatan kebangsaan.

3.  Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti air yang di simbolkan oleh Dewa Baruna atau Dewa Samudera. Samudera bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang ikut mengalir di dalamnya, namun samudera tidak tumpah, dapat menampung apa saja yang jelek ataupun yang baik, tetap sabar dan berwawasan sangat luas. Sifat samudra adalah luas, tidak pernah menolak apapun yang datang memasukinya, menerima dan menjadi wadah apa saja. Sebagaimana samudera, seorang pemimpin hendaknya luas hati dan kesabarannya. Tidak mudah tersinggung bila di kritik, tidak terlena oleh sanjungan dan mampu menampung segala aspirasi rakyat dari golongan maupun suku manapun serta bersifat pemaaf.

4. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti bulan yang disimbolkan Dewi Ratih. Rembulan bertugas menerangi dunia bersama-sama dengan bintang atau Bathara Kartika, memberikan sinar kesejukan pada perasaan dan pandangan makhluk di bumi pada malam hari. Sifat bulan adalah selalu lembut, ramah dan sabar kepada siapa saja. Sebagai satelit pengiring bumi, bulan bersinar di kala gelap malam tiba dan memberikan suasana tenteram dan teduh. Sebagaimana bulan, seorang pemimpin hendaknya selalu rendah hati, berbudi luhur serta menebarkan suasana tenteram kepada rakyat.


5.  Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti matahari yang disimbolkan Bathara Surya. Matahari mempunyai tugas menerangi dunia, memberi perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk hidup yang terjadi di siang hari. Wataknya pelan, tidak tergesa-gesa, sabar, belas kasih, dan bijaksana. Sifat dari matahari adalah terang benderang memancarkan sinar tiada pernah berhenti, segalanya di terangi, diberinya sinar cahaya tanpa pandang bulu. Sebagaimana matahari, seorang pemimpin harus bisa memberikan pencerahan kepada rakyat, berhati-hati dalam bertindak seperti jalannya matahari yang tidak tergesa-gesa namun pasti dalam memberikan sinar cahayanya kepada seluruh makhluk tanpa pilih kasih.

6.  Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti angkasa yang di simbolkan Bathara Indra. Ia menguasai langit, hujan dan petir,. Ia menyediakan apa yang di perlukan di dunia, memberikan kesejahteraan dan memberi hujan di bumi. Perwatakannya luhur, pengasih dan cinta kepada seni serta keindahan. Sifat langit kadang sangat indah, kadang menakutkan, tetapi kalau sudah berubah menjadi hujan merupakan berkah serta sumber penghidupan bagi semua makhluk hidup. Sebagaimana langit, seorang pemimpin harus berwibawa dan menakutkan bagi siapa saja yang berbuat  salah dan melanggar peraturan. Namun di samping itu selalu berusaha juga untuk memberikan kesejahteraan.


7.   Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti api yang di simbolkan Bathara Brahma. Ia sering di utus untuk memberikan pahala kepada orang yang berjasa dalam kehidupannya. Seorang panglima perang yang ulung yang laksana api dapat membasmi musuh dan segala kejahatan sekaligus bisa menjadi pelita manusia yang sedang dalam kegelapan. Sifat api adalah panas membara, kalau di sulut akan berkobar membakar, menghanguskan dan memusnahkan apa saja tanpa pandang bulu. Namun api juga sangat di perlukan dalam kehidupan. Sebagaimana api, seorang pemimpin harus berani menindak siapapun yang bersalah tanpa pilih kasih dengan berpijak kepada kebenaran dan keadilan.

8.  Seorang pemimpin hendaknya mempunyai watak seperti bintang yang di simbolkan Bathara Kartika atau Sang Hyang Ismaya. Yang artinya adalah kesucian yang bersinar. Bertugas menerangi dunia ini bersama-sama dengan Batari Ratih, memberikan sinar harapan dan pencerahan kepada makhluk di bumi pada malam hari. Sifat bintang adalah menyinari, menghiasi langit di malam hari, menjadi kiblat dan sumber ilmu perbintangan. Dengan demikian seorang pemimpin harus bisa menjadi kiblat kesusilaan, budaya dan tingkah laku serta mempunyai konsep berpikir yang jelas. Bercita-cita yang tinggi mencapai kemajuan bangsa, teguh, tidak mudah terombang –ambing, bertanggung jawab dan dapat di percaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berkarisma, seseorang harus mempunyai delapan watak alam, yaitu bumi, angin, air, bulan, matahri, angkasa, api, dan bintang. Dengan menguasai kedelapan watak alam tersebut, maka seorang emimpin mampu mengayomi warga negaranya dengan membasmi kejahatan secara tegas tanpa pandang bulu; bersifat bijaksana, sabar, ramah dan lembut; melihat, mengerti, dan menghayati seluruh warganya; memberikan kesejahteraan dan bantuan bagi warganya yang memerlukan; mampu menampung segala sesuatu yang datang kepadanya; baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenamgkan; gigih dalam mengalahkan musuh dan dapat memberikan pelita bagi warganya.

Dikutip dari buku "Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional dalam Diseminasi Informasi"

Post a Comment

0 Comments